Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibentangkan tutup. Akan tapi untuk kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini dibentuk sebagai kabur dan tidak dapat dibentuk sebagai pegangan.
Habitat dan Makanan
Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses menjadi bertambah lengkap di dunia. Di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, sekitar yang terkait pemukiman, hingga ke lautan, dapat ditemukan ular. Hanya saja, menjadi halnya umumnya hewan berdarah dingin, ular semakin jarang ditemui di tempat-tempat yang dingin, seperti di puncak-puncak gunung, di kawasan Irlandia dan Selandia baru dan kawasan daerah padang salju atau kutub.
Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tak berada waktu untuk menginjak tanah. Banyak jenis lainnya hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Selama sebagian lainnya hidup akuatik atau semi-akuatik di sungai-sungai, rawa, danau dan laut.
Ular memangsa beragam jenis hewan bertambah kecil dari tubuhnya. Ular-ular perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan. Ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil lainnya, termasuk telur-telurnya. Ular-ular agung seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia.
Hukum budaya dan Reproduksi
Ular memakan mangsanya bulat-bulat; manfaatnya, tanpa dikunyah dibentuk sebagai keping-keping yang bertambah kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan sekedar untuk memegang mangsanya supaya tidak mudah bebas. Supaya lancar menelan, ular pada umumnya menentukan menelan mangsa dengan kepalanya bertambah dulu.
Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak peredaran darah (haemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melewati gigitan ular itu pada umumnya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan.
Untuk menghangatkan tubuh dan juga untuk membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali perlu berpanas-panas (basking) di bawah sinar matahari.
Kebanyakan jenis ular menjadi bertambah lengkap biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja, hingga puluhan dan ratusan butir. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas; bahkan ular sanca ‘mengerami’ telur-telurnya.
Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut ‘melahirkan’ anak. Sebetulnya tidak melahirkan seperti halnya mamalia, melainkan telurnya menjadi bertambah lengkap dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar menjadi ular kecil-kecil.
Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, sejauh ini hanya diketahui yang betinanya. Ular yang mirip cacing kecil ini diduga mampu bertelur dan berbiak tanpa ular jantan (partenogenesis).
Ular dan Manusia
Dalam kitab-kitab suci, ular kebanyakan dianggap menjadi musuh manusia. Dalam Alkitab (Kontrak Lama) diceritakan bahwa Iblis menjelma dalam bentuk ular, dan membujuk Hawa dan Adam sehingga terpedaya dan harus keluar dari Taman Eden. Dalam kisah Mahabharata, Kresna kecil menjadi penjelmaan Dewa Wisnu mengalahkan ular berkepala lima yang jahat. Dalam salah satu Hadits Rasulullah saw. pun berada anjuran untuk membunuh ‘ular hitam yang masuk/berada di dalam rumah’.
Anggapan-anggapan ini, bagaimanapun, datang berpengaruh dan membuat menjadi kebanyakan orang merasa benci, bila bukan takut, kepada ular. Meskipun sesungguhnya ketakutan itu kurang beralasan, atau bertambah disebabkan oleh kurangnya ilmu orang umumnya terhadap sifat-sifat dan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh ular. Pada kenyataannya, kasus gigitan ular –apalagi yang hingga menyebabkan kematian– sangat jauh bertambah sedikit bila dibandingkan dengan kasus kecelakaan di perlintasan raya, atau kasus kematian (oleh penyakit) dampak gigitan nyamuk.
Pada pihak lainnya, ular pun telah ratusan atau ribuan tahun dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia. Ular kobra yang amat berbisa dan ular sanca pembelit kerap digunakan dalam pertunjukan-pertunjukan keberanian. Empedu, darah dan daging beberapa jenis ular dianggap menjadi obat berkhasiat tinggi, paling utama di Tiongkok dan kawasan Timur lainnya. Selama itu kulit beberapa jenis ular memiliki nilai yang tinggi menjadi bahan perhiasan, sepatu dan tas. Seperti halnya biawak, kulit ular (terutama ular sanca, ular karung, dan ular anakonda) yang diperdagangkan di seluruh dunia mencapai ratusan ribu hingga jutaan helai kulit mentah pertahun.
Dalam kenyataannya, ular justru sekarang semakin punah dampak aneka penangkapan, pembunuhan yang tidak berdasar, serta kerusakan habitat dan sekitar yang terkait hidupnya. Ular-ular yang dulu datang serta berperan dalam mengontrol populasi tikus di sawah dan kebun, sekarang umumnya telah dihabisi atau menyusut jumlahnya. Sebabnya tidak ajab, di tempat-tempat yang sawah dan padinya rusak dilanda gerombolan tikus, seperti di beberapa tempat di Kabupaten Sleman, Jogjakarta, petani setempat sekarang memerlukan untuk meninggalkan kembali (reintroduksi) berbagai jenis ular sawah dan melarang pemburuan ular di desanya.
Ular tidak memiliki daun telinga dan gendang telinga, tidak mempunya keistimewaan berada ketajaman indera mata maupun telinga. Matanya selalu membuka dan dilapisi selaput tipis sehingga mudah mengamati gerakan disekelilingnya, sayangnya ia tidak dapat memfokuskan pandangnnya. Ular baru dapat mengamati dengan jelas dalam jarak dekat.
Indera yang dibentuk sebagai andalan ular adalah sisik pada perutnya, yang dapat menangkap getaran langkah manusia atau binatang lainnya.
Lubang yang terdapat selang mata dan mulut ular dapat berfungsi menjadi thermosensorik (sensor panas) - organ ini biasa disebut ceruk atau organ Jacobson. Ular juga dapat mengenal perubahan suhu sebab kedatangan mahluk lainnya, contohnya ular tanah memiliki ceruk yang peka sekali.
Manusia sebenarnya tidak usah takut pada ular sebab ular sendiri yang sebenarnya takut pada manusia. Ular tidak dapat mengejar manusia, gerakannya yang lamban bukan tandingan manusia. Rata rata ular bergerak sekitar 1,6 km per jam, jenis tercepat adalah ular mambaa di Afrika yang bisa lari dengan kecepatan 11 km per jam. Sedangkan manusia, menjadi perbandingan, dapat berlari selang 16-24 km per jam.
Macam-macam Ular
Ular berada yang berbisa (memiliki racun, venom/venomous), tapi banyak pula yang tidak. Akan tapi tidak perlu amat sangat kuatir bila bertemu ular. Dari selang yang berbisa, kebanyakan bisanya tidak cukup berbahaya bagi manusia. Lagipula, umumnya ular pergi menghindar bila bertemu orang.
Ular-ular primitif, seperti ular kawat, ular karung, ular kepala dua, dan ular sanca, tidak berbisa. Ular-ular yang berbisa kebanyakan termasuk suku Colubridae; akan tapi bisanya umumnya lemah saja. Ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia pada umumnya termasuk ke dalam salah satu suku ular berikut: Elapidae (ular sendok, ular belang, ular cabai, dll.), Hydrophiidae (ular-ular laut), dan Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan).
Beberapa jenisnya, menjadi contoh:
- suku Typhlopidae
- suku Cylindrophiidae
- suku Pythonidae
- ular sanca kembang (Python reticulatus)
- ular peraca (P. curtus)
- ular sanca hijau. (Morelia viridis')
- suku Acrochordidae
- ular karung (Acrochordus javanicus)
- suku Xenopeltidae
- suku Colubridae
Ular kisik alias ular lare angon, Xenochrophis vittatus
- suku Elapidae
- ular cabai (Maticora intestinalis)
- ular weling (Bungarus candidus)
- ular sendok (Naja spp.)
- ular king-cobra (Ophiophagus hannah)
- suku Viperidae
- ular bandotan puspo (Vipera russelli)
- ular tanah (Calloselasma rhodostoma)
- ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris)
Referensi
- Wawancara Majalah Rona dengan Drs. Boedi, biolog alumnus Akadei Biologi Ciawi tahun 1959. Majalah Rona volume II. no. 08 - hal. 83. Agustus 1988.
Pranala luar
- (Inggris) Integrated Taxonomic Information System
- (Inggris) The medicinal use of snakes in China
Sumber :
recruitment-info.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, andrafarm.com, dsb.